Bom Solo Adalah Ancaman Untuk Kita Semua
Analisadaily.com | Bom bunuh diri yang diduga dilakukan oleh Nur Rohman (30 tahun) di Mapolresta Solo pada 5 Juli 2016 sekitar pukul 7.45 WIB disinyalir merupakan wujud nyata teror dengan polisi.
Sekretaris Badan Pengurus KontraS Sumatera Utara, Ranto Sibarani, S.H mengatakan bahwa pelaku bom bunuh diri (Nur Rohman) yang sudah tewas tentu saja mempunyai perhitungan sendiri mengapa kantor Polisi dijadikan sasaran dan berujung satu korban luka dari personil kepolisian.
"Bisa saja Nur Rohman merencanakan akan meledakkan dirinya ditengah-tengah Polisi yang akan melakukan apel, namun keburu meledak dan hanya menewaskan dirinya sendiri," ucap Ranto kepada Analisadaily, Selasa (5/7).
Lanjut, Ranto menjelaskan bom yang terjadi di Mapolresta Solo ini harus kita jadikan peringatan bahwa kita semua sedang terancam. Dimana, kantor polisi saja bisa ditembus dengan mudah oleh pelaku, tentu tidak sulit bagi pelaku jika ingin meledakkan bom ditengah masyarakat biasa.
"Untuk itu, Pemerintah dan pihak berwenang dalam hal ini Kepolisian dan Badan Intelijen Negara harus bertindak cepat dan terukur dalam memberikan rasa aman kepada masyarakat," jelasnya.
Ranto menuturkan dengan menduga-duga bahwa pelaku bom Solo adalah bagian dari ISIS atau bagian dari jaringan teroris Internasional adalah merupakan bentuk teror lain bagi masyarakat. Hal itu akan semakin membuktikan bahwa intelijen negara sedang kebobolan oleh aksi-aksi teroris.
"Sebagai masyarakat yang anti terhadap kekerasan, kita sangat mengutuk terjadinya bom Solo ini, demikian juga terhadap bom bunuh diri yang baru saja terjadi di Arab Saudi. Untuk itu, peringatan Nur Rohman yang sudah tewas dalam bom bunuh diri harus disikapi serius," tuturnya.
"Melalui foto yang beredar di internet, pelaku menggunakan pakaian yang memiliki lambang bendera Amerika, hal tersebut seakan-akan menggiring opini publik bahwa pelaku adalah jaringan internasional," pungkasnya.
(jw/rts)
Komentar